Rusia dan China Membuat Keputusan Drastis: Mengakhiri Penggunaan Dolar AS dalam Perdagangan
Bujurnews – Dalam respons terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik global, Rusia dan China telah mengambil langkah mengejutkan dengan mengumumkan rencana mereka untuk sepenuhnya menghentikan penggunaan dolar AS dalam transaksi komersial mereka. Langkah ini, yang menyoroti ketegangan yang semakin memburuk antara Rusia dan Amerika Serikat terutama setelah invasi besar-besaran ke Ukraina yang dimulai pada tahun 2022, telah menarik perhatian media internasional.
Sebelumnya, lebih dari 90% perdagangan antara kedua negara telah menggunakan mata uang rubel Rusia atau yuan Tiongkok. Keputusan ini, menurut Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin, menandai langkah penting menuju de-dolarisasi dalam hubungan ekonomi mereka.
Peningkatan perdagangan antara Rusia dan China juga menjadi sorotan utama, terutama karena sanksi yang semakin diberlakukan oleh negara-negara Barat, yang membuat Rusia semakin bergantung pada China dalam hal perdagangan.
Mishustin mencatat bahwa total transaksi antara kedua negara telah mencapai rekor $200 miliar tahun ini, menunjukkan kerjasama ekonomi yang semakin meningkat di antara keduanya.
Keputusan ini tidak hanya mencerminkan dinamika hubungan bilateral, tetapi juga menunjukkan keseriusan negara-negara BRICS dalam upaya de-dolarisasi untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang dolar AS dalam sistem keuangan global.
Langkah ini memberikan sinyal kuat tentang perubahan besar dalam geopolitik global dan menegaskan bahwa Rusia dan China bersama-sama mengejar kemandirian ekonomi yang lebih besar serta berupaya menjauh dari dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional. (*)