AdvertorialPemkab Kutim

Raih Sertifikat HAKI, Program “Cap Jempol” Sukses Kurangi Anak Tidak Sekolah di Kutim

Bujurnews, Kutai Timur – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui Dinas Pendidikan (Disdik) kembali menorehkan prestasi gemilang dengan mendapatkan Sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk inovasi “Cap Jempol”.

Sertifikat ini diberikan oleh perwakilan Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM) Kanwil Kalimantan Timur, Santi Mediana Panjaitan, kepada inisiator program, Achmad Junaidi, dalam acara Kursus dan Pelatihan Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha, di Gedung Buana Mekar Sangatta Utara, Rabu (29/5/2024).

Achmad Junaidi, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal (PNF) di Disdikbud Kutim, mengungkapkan keberhasilan program inovatif “Cap Jempol” dalam mengurangi jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di wilayah tersebut.

Junaidi, yang juga merupakan inisiator program tersebut, menjelaskan bahwa buku yang diterbitkan oleh DPPKB bukan sekadar dokumentasi, melainkan sejenis motivasi dan panduan seperti majalah. Buku tersebut menggambarkan perjalanan program “Cap Jempol” yang dimulai dari nol, termasuk proses, langkah-langkah, dan tahap-tahap yang dilalui hingga mencapai progres yang signifikan.

“Pada awal program, terdapat 4.247 anak tidak sekolah (ATS) di Kutim. Setelah satu tahun ajaran berjalan, hampir 700 anak-anak Kutim berhasil kami jemput melalui lokus-lokus pondok pesantren dan warga masyarakat,” ujar Junaidi.

Dengan adanya program inovatif ini, jumlah ATS di Kutim menurun drastis, mendekati angka 1.000 anak setelah hanya satu tahun. “Dulu kami bekerja secara manual, kini dengan adanya Learning Management System (LMS), pendekatan kami menjadi ganda, manual dan digital. Harapan kami, dengan dukungan aplikasi ini, jumlah anak drop out dan Anak Tidak Sekolah (ATS) akan semakin berkurang,” tambahnya.

Program “Cap Jempol” tidak hanya berfokus pada pendidikan formal tetapi juga pada peningkatan keterampilan melalui kursus dan pelatihan, termasuk program UMKM. “Kesuksesan program pendidikan non formal diukur dari semakin berkurangnya jumlah murid yang tidak bersekolah. Dengan demikian, fokus kami beralih ke peningkatan skill-nya melalui kursus dan pelatihan melalui program UMKM kursus dan pelatihan dan seterusnya,” jelasnya.

Junaidi harap agar inovasi ini dapat terus berjalan dan berkembang. “Saya berharap program inovatif ‘Cap Jempol’ ini bisa terus berjalan dengan baik, meskipun saya sudah berpindah tugas,” harapnya.(adv/adl/ja)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button