Bujurnews – Siswa dan orang tua siswa sekolah dasar di Kutai Timur melakukan aksi damai dengan doa bersama. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap keputusan petinggi pastor tentang isu penutupan SDK St. Yosef Sangatta.
Ketua Dewan Penasehat Awam Pemuda Katolik Komisariat Cabang Kutai Timur, Wilhelmus Wio Doi yang juga sebagai ketua tim negosiator, menyampaikan kabar baik dari Uskup Agung Keuskupan Agung Samarinda, Mgr. Yustinus Harjosusanto, telah memberikan pernyataan mengenai kelanjutan proses belajar-mengajar di SDK St. Yosef Sangatta.
“Kabar baiknya, bapak uskup agung sudah mengeluarkan statement, yang bagi kami itulah statemen sukacita bagi kami bahwa, proses belajar mengajar untuk saat ini akan terus dilaksanakan. Dengan catatan akan ada catatan khusus untuk pengelola Yayasan kepala sekolah, sebagai inisiasi dari terjadinya kegiatan ini,” ujar Wilhelmus, Sabtu (28/09/2024) malam.
Wilhelmus menegaskan bahwa surat dari pastor paroki sebelumnya, yang menyatakan penghentian proses belajar pada tanggal 30, kini dinyatakan tidak berlaku, dan kegiatan belajar akan tetap berjalan seperti biasa.
“Bapak uskup menegaskan bahwa tanggal 30 sesuai dengan surat pastor paroki sebelumnya yang menyatakan bahwa proses belajar mengajar dihentikan, untuk itu perlu saya sampaikan bahwa untuk kepentingan sekolah anak-anak maka tanggal 30 tetap dilaksanakan proses belajar mengajar seperti biasa,” tegasnya.
Wilhelmus mengatakan, Uskup agung berharap kepada seluruh umat Katolik yang ada di Paroki St. Theresia Sangatta, untuk tidak mengkotak-kotakan diri oleh karena situasi yang sekarang tidak boleh tercerai-berai dan tetap bersatu.
“Uskup agung berharap agar seluruh umat Katolik di Paroki ini tidak terpecah-belah, tetapi tetap bersatu. Selain itu, tidak boleh menanggapi dan tidak boleh memberikan pernyataan apapun baik di medsos maupun di mana saja, bahwa kita patuh terhadap hirarki gereja,” ucapnya.
Sebagai perwakilan orang tua, Wilhelmus mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Uskup Agung Samarinda. “Kami sangat berterima kasih kepada Uskup agung, yang benar-benar mendengarkan jeritan anak-anak dan para orang tua. Kekhawatiran kami akhirnya terjawab dengan baik,” ujarnya.
Wilhelmus juga menyampaikan apresiasi kepada sejumlah tokoh yang berperan dalam proses komunikasi antara pihak sekolah dan pastor seperti Yulianus Palangiran, Thomas Pali, Felly Lung, dan Agus Wangge yang turut berkontribusi sehingga proses mediasi berjalan dengan lancar.
“Atas nama pribadi dan tim penggagas, saya memohon maaf kepada seluruh umat Katolik di Paroki St. Theresia Sangatta dan Keuskupan Agung. Kami mohon pengertian atas segala kekeliruan yang mungkin terjadi,” tutupnya.(adl/ja/ape)