
Bujurnews, Jakarta — Kejaksaan Agung (Kejagung) terus mendalami dugaan korupsi dalam proyek pengadaan laptop Chromebook senilai Rp9,9 triliun. Dalam pengusutan ini, penyidik memanggil satu per satu petinggi dan mantan petinggi PT Gojek Indonesia, termasuk tokoh-tokoh kunci di balik perusahaan transportasi daring tersebut.
Kapuspenkum Kejagung, Harli Siregar, menyampaikan bahwa pemeriksaan dilakukan untuk menggali potensi keterkaitan antara para petinggi Gojek dengan proyek pengadaan Chromebook. Pemeriksaan juga diarahkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara proyek ini dengan investasi besar yang pernah dikucurkan Google ke Gojek.
“Penyidik melihat ada keterkaitan tugas, fungsi, dan peran para pihak yang dipanggil dengan pengadaan Chromebook ini. Oleh karena itu, proses pendalaman terus dilakukan,” ujar Harli di Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Salah satu tokoh yang diperiksa hari ini adalah mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, yang juga dikenal sebagai pendiri Gojek. Pemeriksaan terhadap Nadiem menjadi sorotan publik karena proyek Chromebook sendiri berada di bawah kewenangan kementerian yang pernah ia pimpin.
Sebelumnya, Kejagung juga telah memeriksa sejumlah nama besar lain dari Gojek dan GoTo, seperti mantan CEO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, Andre Soelistyo, dan pendiri PT Gojek Indonesia, Melissa Siska Juminto pada Senin (14/7). Namun, Harli belum mengungkapkan hasil dari pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan ini mengemuka setelah Kejagung juga memeriksa pihak Google. Diduga, investasi Google ke Gojek pada tahun 2018 senilai USD 1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun) menjadi salah satu titik yang ditelusuri penyidik. Investasi itu dilakukan oleh Alphabet (induk perusahaan Google), Temasek Holdings, KKR & Co, Warburg Pincus LLC, dan Meituan-Dianping.
“Apakah ada pengaruh dari investasi itu terhadap pengadaan Chromebook? Itu yang sedang didalami. Karena proyek ini pengadaannya oleh pemerintah, maka penting bagi penyidik memahami seluruh jaringan keterkaitan,” jelas Harli.
Ia menambahkan bahwa proses pemeriksaan masih berlangsung dan pihaknya belum dapat memberikan kesimpulan substansial. “Pasti penyidik melihat ada urgensi dan keterkaitan sehingga memanggil pihak-pihak ini. Tapi soal benang merahnya nanti akan kami sampaikan saat waktunya tepat,” ucap Harli.
Dalam pernyataannya saat masih menjabat sebagai CEO Gojek, Nadiem Makarim pernah menyampaikan bahwa dana investasi dari Google tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga menyasar kolaborasi di bidang data dan pengembangan produk. Hal ini menambah relevansi penyelidikan terkait potensi keterkaitan dalam proyek pengadaan teknologi di sektor pendidikan.
“Google sangat terkesan dengan bagaimana kami mengintegrasikan berbagai layanan digital, dan itu menjadi dasar kolaborasi lebih lanjut, khususnya dalam bidang engineering,” ujar Nadiem dalam wawancara pada 2018 lalu.
Kejagung menegaskan bahwa pemeriksaan terhadap para tokoh Gojek dan GoTo tidak serta-merta menunjukkan keterlibatan langsung dalam kasus dugaan korupsi. Namun, langkah ini diperlukan untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai jalur pengadaan, relasi bisnis, dan aliran dana terkait proyek Chromebook yang kini tengah diusut.
Penyidik masih terus mendalami informasi dari semua pihak yang terkait, dan publik diminta bersabar hingga hasil investigasi diumumkan secara resmi.(ly/ja)