Opini

Kisah Cinta 2 Insan yang Menghambat Pembangunan Daerah

Oleh : Raymond Chouda, S.I.Kom

Bujurnews, Opini – IBARATKAN sepasang kekasih, baik sang pencinta maupun sang terkasih, seharusnya bisa saling berbalas hati. Atau setidaknya saling berkirim bunga beserta puisi indah. Namun apalah daya bila sang pujaan hati tak kunjung menjawab kerinduan pasangannya? Sungguh kisah cinta yang nestapa.

Hal itulah yang terjadi di sebuah kota tambang yang kaya akan sumber daya alam, dengan porsi APBD yang tidak main-main. Namun antara sang eksekutif dan sang legislatif tak kunjung menjumpai kesepakatan cinta. Bukan karena keduanya tak saling cinta, tapi karena… (sebagian teks hilang).

Mungkinkah cinta yang bertepuk sebelah tangan? Atau jangan-jangan ini hanyalah kisah Romeo dan Juliet yang tidak direstui lantaran persoalan “anu”. Oh.. Siapa yang tahu?

Hari ini, sudah lewat setengah tahun dari 2025. Sudah lewat setengah bulan dari Juli. Tapi rasa cinta antara eksekutif dan legislatif yang seharusnya sedang membara untuk disalurkan dalam pembangunan daerah, justru masih tak ada tanda-tanda. Para keluarga besar di kabupaten pun merasa cemas, jangan sampai kisah cinta ini menjadi kisah cinta yang nekat dilakukan di luar pernikahan. Takutnya nanti bisa jadi dosa jariyah. Sebab dampaknya sangat luas, baik untuk masyarakat maupun negara.

Bila dengan sengaja menghambat pembangunan negara, atau dalam kisah cinta ini kita bisa juga menyebut sengaja menunda pernikahan, itu nanti bisa menimbulkan fitnah. Dan, sungguh fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu dalil agama.

Apalagi di dalam keluarga besar itu terdapat banyak sanak family. Ada bapak dan ibu, kedua mertua, ada pula kakak dan adik maupun keponakan hingga cucu dan cicit. Juga ada ipar maupun besan. Belum lagi tetangga sekitar. Takutnya nanti mereka bisa ribut dan bikin gaduh. Perjalanan kisah cinta Romeo dan Juliet tersebut nanti tidak akan tenang jadinya.

Mari kita hayati kisah cinta ini dengan menyanyikan sepenggal lirik lagu milik band Armada. Ia terdengar sangat pas.

“Mau dibawa ke mana hubungan kita. Jika kau terus menunda-nunda, dan tak pernah nyatakan cinta.”

Permasalahannya tak hanya sampai di situ. Ada hal yang juga disorot keluarga besar. Bahwa, sang pencinta belakangan tak pernah menghadiri acara keluarga. Padahal itu adalah tanggung jawabnya sebagai salah satu kepala keluarga yang punya peran sentral. Entah sengaja, atau mungkin tidak sengaja. Tapi tunggu sebentar, kalau tidak sengaja rasanya tidak pas. Karena itu terjadi sepanjang tahun dari kisah percintaannya pada 2025 ini.

Jadi, hendak dijadikan seperti apa kisah sepasang kekasih itu? Jika tidak mau memberi cinta, sepertinya itu bukan sepasang kekasih namanya. Padahal dalam tatanan undang-undang, keduanya harus saling kolaboratif untuk bisa menghasilkan suatu pembangunan yang berdasarkan sistem demokrasi untuk menggugurkan kewajiban sebagai negara republik, bukan monarki.

Dalam sistem pemerintahan yang menganut prinsip pembagian kekuasaan seperti republik, hubungan antara eksekutif dan legislatif idealnya bersifat saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan negara. Sebagaimana sepasang kekasih untuk mewujudkan keluarga yang hebat.

Diketahui, dalam kisah cinta ini, sang pria yang merupakan sang eksekutif sedang menjalin asmara dengan wanitanya yaitu sang legislatif yang di dalamnya terdapat 40 perempuan sebagai istri sah dari sejumlah fraksi keluarga. Tapi sebagai kepala keluarga, hendaknya sang suami tidak hanya condong kepada salah satu istrinya saja. Itu tidak sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Sang suami hendaknya bisa berlaku adil kepada semua istrinya, sejauh mana kemampuannya untuk menggugurkan kewajiban adil tersebut.

Melalui tulisan ini sang penulis hanya ingin mengingatkan tentang suatu kebenaran. Meskipun kebenaran akan terdengar selalu tak menyenangkan. Bahwa, bermain hati itu boleh-boleh saja. Mencintai itu meskipun harus kita lakukan, tapi jangan berlebihan, dan harus sesuai peraturan hukum di KUA dan Pengadilan Agama. Agar pernikahan ini lebih bermartabat dan barokah, supaya menjadi keluarga yang hebat. Jangan lupa juga, kita bukan hidup hanya di hari ini saja. Perjalanan bahtera rumah tangga ini insyaallah masih panjang episodenya.

Kemudian untuk sang kepala keluarga –tanpa mengurangi rasa hormat– tolong supaya lebih berani tegas dan berani marah kepada anak-anak Anda. Jangan biarkan anak-anak Anda itu bermain di taman sekolah dengan seenaknya, menjual-jual nama Anda, dilakukan tanpa pengawasan orang tua dan guru terpercaya. Nanti itu bisa mencemari nama baik keluarga besar kita. (*)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button