Hilirisasi Sawit dan Batubara Jadi Mesin Ekonomi Baru Kaltim, UNMUL Dorong Sinergi Menuju Energi Berkelanjutan

Bujurnews, Samarinda – Hilirisasi sektor sumber daya alam seperti sawit dan batubara dipandang sebagai kunci utama penguatan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) sekaligus fondasi ketahanan energi nasional. Pandangan tersebut mengemuka dalam Seminar Nasional bertema “Hilirisasi Sektor Sawit dan Batubara di Kalimantan Timur dalam Ketahanan Energi dan Keberlanjutan Perekonomian serta Pendapatan Daerah” yang digelar oleh Program Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional (PHKE) bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mulawarman (UNMUL), di Samarinda.
Wakil Koordinator Sekretariat Satgas PHKEN Bidang Pengembangan Model Bisnis dan Promosi Investasi, Imaduddin Abdullah, menegaskan bahwa hilirisasi industri menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Hilirisasi berbasis sumber daya alam adalah mesin pertumbuhan utama. Pemerintah kini fokus mengatasi hambatan di 18 proyek hilirisasi strategis, sebagian besar di luar Jawa,” ujarnya.

Menurutnya, sawit dan batubara merupakan dua dari 28 komoditas strategis yang berpotensi menghasilkan nilai tambah tinggi jika diolah secara berkelanjutan.
Wakil Dekan II FEB UNMUL, Dwi Risma, menambahkan bahwa hilirisasi tak hanya berdampak nasional, tetapi juga mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kaltim.
“Produk hilir yang kompetitif secara global akan memperkuat fiskal daerah. Kuncinya adalah sinergi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat dalam membangun green industry,” jelasnya.
Dalam sesi diskusi panel, sejumlah narasumber menyoroti tantangan regulasi dan transisi energi. Tenaga Ahli PHKE, Fadhil Hasan, menilai keberhasilan hilirisasi harus dibarengi dengan pembangunan SDM unggul dan inovasi pembiayaan.
“Konversi batubara menjadi DME atau etanol masih berbiaya tinggi. Perlu insentif fiskal yang mendorong investasi ke energi baru terbarukan,” katanya.

Sementara itu, pengamat pembangunan daerah, Ade Cahyat, menekankan urgensi transformasi ekonomi Kaltim menghadapi penurunan permintaan global terhadap batubara.
“Kaltim perlu menyiapkan transisi energi berkeadilan, termasuk pemanfaatan lahan bekas tambang untuk PLTS dan pertanian terpadu,” ujarnya.
Dari sisi industri, Zulfa dari HIPMI Kaltim menilai Ibu Kota Nusantara (IKN) dapat menjadi pasar utama produk hilir sawit dan batubara. Namun, ia menekankan pentingnya kepastian regulasi dan dukungan infrastruktur agar pelaku usaha lokal tidak terpinggirkan.
Seminar tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan hilirisasi di Kaltim membutuhkan harmonisasi regulasi pusat-daerah, dukungan pembiayaan jangka panjang, serta keseimbangan antara manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan. (*)
 
				 
					



