Ardiansyah: Stunting Bukan Penyakit dan Dapat Dicegah
Bujurnews, Kutai Timur – Stunting atau keterlambatan pertumbuhan merupakan masalah gizi kronis yang sering terjadi pada anak-anak di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini dapat dikenali ketika anak memiliki tinggi badan lebih pendek dari tinggi badan normal yang seharusnya dimiliki oleh anak pada usia yang sama.
Di Kutai Timur (Kutim) sendiri angka stunting sempat meroket hingga capai 27,4 persen dan pada kala itu memposisikan Kutim sebagai daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim).
Seiring berjalannya waktu, serta melalui upaya-upaya yang dilakukan Pemkab Kutim kini angka stunting tersebut berhasil ditekan hingga 24,7 persen.
Berkat gencarnya kerja keras Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, para Tim Pendamping Keluarga (TPK), Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), serta stakeholder lainnya. Kini Kutim berhasil turun di posisi ke-4 (Se Kaltim), terlepas dari pencapaian ini Pemkab Kutim optimis angka tersebut dapat turun hingga 20 persen dan pada 2024 mendatang bisa tembus di 14 persen.
Saat ditemui di acara Pembukaan Rapat kerja cabang (Rakercab) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Kutai Timur ke-2 di Pelangi Room, Hotel Royal Victoria, Sangatta Utara, Sabtu (03/6/2023) kemarin. Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman mengatakan stunting bukanlah suatu penyakit, namun tetap harus diwaspadai dan dapat dicegah sedari dini.
“Saya mengapresiasi kegiatan yang dilakukan di kabupaten antara Kemenag Kutim dan Dinas Kesehatan Kutim yang selalu memberikan kesempatan kepada petugas kesehatan untuk menyampaikan pembekalan pada saat sang calon pengantin mempersiapkan dirinya (secara kesehatan) untuk jadi sebuah pasangan suami-istri, sehingga dapat tercipta pasangan serta keturunan yang berkualitas,” bebernya.
Lebih jauh lagi, ia menyampaikan sudah ada program dari pemerintah yaitu Indonesia terbebas dari stunting di 2035 mendatang. Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan Kutim terus berupaya dengan semua stakeholder yang ada untuk memerangi stunting ini.
Secara terpisah, ditemui usai acara tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Bahrani menjelaskan bahwa pada periode emas anak atau 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa-masa yang sangat krusial. Lebih lanjut, ia mengatakan pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan terutama otak telah mencapai 80 persen dan sebagai penentu tingkat intelegensi tiap individu, tentu saja perkembangan otak ini harus diperhatikan.
“Makanya pemerintah berharap mulai sekarang mau mengintervensi stunting itu, dimulai dengan peran teman-teman terutama bidan tadi. Karena mereka berperan besar dalam mendampingi kesehatan ibu dan anak. Bahkan, mulai dari persiapan calon pengantin pun mereka (bidan) juga andil dalam mengintervensi hal ini, termasuk 3 bulan sebelum menikah tentang persiapan hamil mereka (calon pengantin) sudah harus dibekali,” terangnya kepada awak media. (Adv/Dd/Ja)