AdvertorialKukar

SP I Sampai SP VII Dianggap Cocok Untuk Pengembangan Jagung Hibrida

Foto : Bupati Kukar Edi Damansyah meninjau hasil panen jagung. (Prokom Kukar)

Bujurnews, KUTAI KARTANEGARA – Guna memastikan program revolusi jagung berjalan sesuai harapan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) membuat sejumlah demplot atau percontohan untuk melihat kualitas dan kuantitasnya.

Salah satu demplot yang telah berhasil dipanen terletak di Desa Kota Bangun II Kecamatan Kota Bangun Darat.

Panen perdana demplot kurang lebih 2 hektar itu dilakukan Bupati Edi Damansyah didampingi kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sutikno, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Arianto, Camat Kota Bangun Darat Zulkifli dan Kepala Bidang Kerjasama Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kalimantan Timur (Kaltim) Margaretha, Kamis (15/6).

Margaretha mengungkapkan hasil demplot tersebut sangat bagus karena bisa menghasilkan 7,8 ton per hektar.

“Dari sisi hasil ini sangat baik” ujarnya.

Adapun beberapa demplot yang hasilnya kurang bagus, karena terdapat beberapa faktor salah satunya adanya hama, yakni monyet dan babi hutan.

Sementara itu Edi Damansyah menceritakan pembuatan demplot–demplot itu didasarkan pada keraguannya hasil dari demplot yang dibangun pihak ketiga, dari laporan pihak ketiga tersebut hasilnya hanya 1,3 ton per hektar.

Hasil itu dirasakan kurang maksimal, apalagi pihak ketiga berkesimpulan tidak fisibel pengembangan jagung di SP I sampai SP VII ini.

“Tapi saya ragu, saya gak percaya, ini pasti ada yang gak beres, pasti ada yang dikerjakan tidak sesuai kaidah – kaidahnya, sehingga kita lakukan demplot ulang,” paparnya.

Edi meminta kepada Dinas Pertanian dan BSIP Kaltim agar demplot yang baru dipanen agar dibuatkan rangkuman bukunya baik dari manajemennya lengkap sampai pada hasilnya.

“Jadi nanti hasil ubinan ini, hasil demplot kita nanti kami gunakan di Pemerintah Kabupaten untuk disampaikan ke para Kepala desa” ujarnya.

Dari kondisi di lapangan dan hasil demplot yang telah dipanen, Edi berani memastikan dari SP I sampai SP VII cocok untuk pengembangan jagung hibrida.

“Saya kira karakteristik tanahnya tidak jauh beda, persoalannya ada gak yang menanamnya,” pungkasnya. (Kar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button