Kebocoran Kolam Retensi di MT Haryono Samarinda, Setelah Hujan Lebat Dua Hari Berturut-turut
Bujurnews, Samarinda – Setelah diguyur hujan lebat selama dua hari berturut-turut, kolam retensi di kawasan MT Haryono, Samarinda, mengalami kebocoran yang menyebabkan genangan air di beberapa titik. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga sekitar terkait potensi banjir yang lebih parah jika tidak segera ditangani.
Kolam retensi tersebut sejatinya dibangun untuk mengendalikan aliran air dan mencegah banjir di kawasan MT Haryono dan sekitarnya. Namun, intensitas hujan yang tinggi dalam dua hari terakhir menyebabkan volume air melebihi kapasitas kolam, yang diduga menjadi penyebab kebocoran.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sebelumnya telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,1 miliar untuk pembangunan drainase di Jalan MT Haryono. Proyek ini bertujuan mengatasi banjir yang sering terjadi di persimpangan Jalan MT Haryono, Jalan P Suryanata, Jalan Ir H Juanda, dan Jalan P Antasari di Kecamatan Samarinda Ulu. Dengan anggaran Rp 2,1 miliar dari APBD 2024 Kaltim tersebut, dibangun drainase dengan konstruksi beton sepanjang 100 meter, lebar 3 meter dan ketinggian/kedalaman 2,2 meter. Pembangunan drainase ini diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di kawasan tersebut dengan menghubungkan sistem drainase yang ada.
Muriono selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Timur saat dikonfirmasi awak media menerangkan kebocoran kolam retensi tersebut seluas 2,5 meter. Ia pula menambahkan Samarinda berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat, sehingga pihaknya belum dapat dipastikan apakah situasi bisa lekas kembali normal dalam satu-dua jam.
“Selain itu ada aktivitas warga di kolam retensi, ya. Ada kolam tambak,” tambahnya.
Menanggapi kejadian kebocoran ini, pihaknya telah menurunkan tim untuk melakukan penanganan darurat dan memastikan bahwa kerusakan dapat diperbaiki secepat mungkin. Warga di sekitar lokasi diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari petugas terkait guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kejadian ini pasti berdampak ke kawasan hilir, masyarakat dihimbau untuk mengantisipasi kejadian-kejadian hidrometerologi,” tutupnya.
Analisis data curah hujan di Kota Samarinda selama dasarian ketiga bulan Januari dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan variasi yang signifikan. Misalnya, pada dasarian III Januari 2024, wilayah Kalimantan Timur, termasuk Samarinda, diprakirakan mengalami curah hujan dengan intensitas menengah antara 50 hingga 150 mm. Namun, pada dasarian II Januari 2024, beberapa wilayah di Kalimantan Timur mengalami hari tanpa hujan dengan kriteria sangat pendek antara 1 hingga 5 hari, hingga pendek antara 6 hingga 10 hari. Hari tanpa hujan terpanjang terjadi di Muara Wahau (Kabupaten Kutai Timur) dan di Palaran (Samarinda) dengan jumlah hari tanpa hujan sebanyak enam hari.
Data dari Badan Pusat Statistik Kota Samarinda menunjukkan bahwa pada tahun 2022, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan jumlah hari hujan mencapai 19 hari. Sementara itu, pada tahun 2023, curah hujan pada bulan Januari tercatat sebesar 161 mm, lebih rendah dibandingkan rata-rata curah hujan Januari sepanjang 1980–2023 yang mencapai 205 mm.
Variasi curah hujan ini menunjukkan bahwa meskipun ada tren umum, kondisi cuaca dapat berbeda secara signifikan setiap tahunnya. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk selalu waspada dan siap menghadapi potensi banjir, terutama pada periode dengan curah hujan tinggi. (ape)