
Bujurnews, Kutai Timur – Kabupaten Kutai Timur mengalami kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian. Berbeda dengan daerah di Pulau Jawa yang masih memiliki buruh tani harian, Kutai Timur justru kesulitan mendapatkan tenaga kerja di sektor ini.
“Di Kutai Timur ini kekurangan buruh tani yang bekerja di sektor pertanian, itu sangat kurang, kalaupun ada itu sudah senior semua umurnya,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Timur, Dessy Wahyu Fitrisia, saat ditemui di Kantor Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutai Timur, Senin (17/2/2025).
Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah akan memperbanyak penggunaan alat dan mesin pertanian. Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah menempatkan alat panen modern, seperti combine harvester, di wilayah Long Mesangat.
Dengan alat ini, pekerjaan panen dapat dilakukan lebih cepat dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual.
Selain itu, pemerintah juga akan menambah bantuan traktor roda empat untuk pengolahan lahan.
“Selama ini kalau pakai handtractor roda dua, kita butuh tiga sampai empat hari untuk mengolah lahan untuk satu hektare saja. Tapi kalau pake hand tractor roda empat, untuk satu hektare lahan hanya memakan waktu cukup tiga jam saja,” jelasnya.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memungkinkan petani melakukan tanam serentak, yang berdampak positif pada pengendalian hama.
“Kami juga akan memodernisasi alat pertanian, karena sektor ini mengalami keterbatasan tenaga kerja. Banyak orang lebih memilih bekerja di perusahaan atau perkebunan sawit daripada bertani,” lanjutnya.
Sebagai langkah modernisasi lainnya, ia juga menyebut pihaknya berencana memberikan drone pertanian. Drone ini disebut memiliki dua fungsi utama, yakni untuk pemupukan dan pengendalian hama.
“Kita akan support drone untuk daerah-daerah sentra dulu, yang memiliki luas lahan di atas 300 hektare,” pungkasnya.
Dengan adanya modernisasi ini, pemerintah berharap generasi muda tertarik kembali ke sektor pertanian, karena pekerjaan bertani kini tidak lagi harus berkotor-kotor dengan lumpur. Olah tanah akan menggunakan alat modern, dan berbagai proses seperti pemupukan serta panen dapat dilakukan dengan teknologi canggih, tutupnya.(ma/ja)