Opini

Ketika Politik Identitas Menjadi Hal yang Normal Dalam Masyarakat

Penulis : Irfan Nul Hakim

(Mahasiswa S1 Pemerintahan Integratif, FISIP-Universitas Mulawarman)

Bujurnews, Samarinda – Ketika politik identitas menjadi hal yang normal dalam masyarakat, dampaknya bisa sangat beragam tergantung bagaimana politik identitas itu dijalankan. Jika dijalankan dengan baik, politik identitas dapat memberikan dampak positif, seperti memperjuangkan hak kelompok yang merasa terpinggirkan dan meningkatkan partisipasi politik mereka. Namun, jika dijalankan secara buruk, politik identitas dapat menimbulkan konflik, polarisasi, dan memperkuat kesenjangan antar kelompok dalam masyarakat.

Politik identitas seringkali dikaitkan dengan isu-isu primordialisme, seperti suku, agama, ras, dan etnis, yang dimanfaatkan oleh elit politik untuk meraih kekuasaan. Hal ini dapat menyebabkan pertikaian dan konflik antar kelompok identitas yang berbeda, yang berpotensi menimbulkan disintegrasi sosial. Eksploitasi politik identitas juga sering terjadi melalui media sosial, yang memperparah intoleransi dan konflik sosial.

Di sisi lain, politik identitas yang dilebur menjadi politik kebangsaan dan mengedepankan kepentingan bersama dapat menjadi solusi untuk mengatasi konflik dan memperkuat nilai-nilai toleransi serta kebangsaan dalam masyarakat yang beragam. Toleransi menjadi langkah solutif dalam menyelesaikan konflik yang muncul akibat politik identitas.

Secara umum, ketika politik identitas menjadi hal yang normal, masyarakat harus mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mandiri agar suara kelompok yang berbeda dapat didengar tanpa menimbulkan konflik yang merusak integritas sosial dan politik. Jika tidak, politik identitas bisa menjadi alat untuk memperkuat ego sektoral dan memicu ketegangan sosial yang berkelanjutan.

Pertentangan antara identitas nasionalisme dan identitas agama saat ini semakin meruncing hingga mengganggu stabilitas negara. Perbedaan pandangan mengenai identitas politik antara kedua-dua kelompok identitas ini melahirkan berbagai isu dan menjadi 20aker20c bagi masyarakat luas yang disebabkan dengan hadirnya propaganda dan klaim antar kelompok terhadap kebenaran identitas yang mereka yakini hingga menjurus kepada munculnya kelompok pro pemerintah dan kelompok anti pemerintah.

Jika kita berfokus kepada keagamaan terutama dalam pandangan islam di sini saya sedikit melihat dari riset yang saya telusuri, bukan saja nasionalisme menjadi tolak ukur utama dari politik identitas di Indonesia. Perjuangan masyarakat Indonesia yang didominasi oleh umat muslim juga turut memberikan kontribusi yang begitu besar bagi sejarah perjuangan bangsa Indonesia hingga saat ini. Bukan sekedar teatrikal belaka bahwa umat muslim ingin menjadikan identitas keagamaan yang diyakininya sebagai superior dalam tatanan kenegaraan, tetapi sejarah panjang telah membuktikan bahwa nasionalisme dan Islam di Indonesia telah lama berdampingan dan menciptakan hubungan yang harmonis.

Intinya, politik identitas yang “normal” dalam masyarakat bisa menjadi pedang bermata dua: memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi kelompok tertentu, atau sebaliknya menimbulkan konflik, polarisasi, dan disintegrasi sosial jika disalahgunakan atau dimanipulasi oleh elit politik. (*)

*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi bujurnews.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button