Setara di Meja Makan, Setara dalam Hidup: Menolak Ketidakadilan Berbasis Ekonomi dalam Relasi

Penulis : Ummi Latifah Ma’sumah Jalil
(Mahasiswa S1 Pemerintahan Integratif, FISIP-Universitas Mulawarman)
Bujurnews.com, Samarinda – Konteks ini dalam bahasa sederhananya mengacu pada ungkapan “selain donatur dilarang ngatur” yang sedang hangat diperbincangkan di dunia maya. Kondisi finansial yang sehat menjadi salah satu faktor hubungan yang sehat namun hal ini lebih baik dirasakan oleh kedua pihak, artinya tidak ada ketimpangan dalam satu hubungan. Agar terciptanya hubungan yang sehat, nyaman dan keduanya akan merasa dihargai dan bervalue dan tidak ada ketimpangan antar pihak manapun. Based on ilmu psikologi “Schwartz’s theory of Basic Human Values.” Teori ini menjelaskan bahwa setiap manusia punya nilai-nilai motivasi yang membentuk cara mereka berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan termasuk dalam hubungan.
Bagi pendukung statement “selain donatur dilarang ngatur” mereka memegang “value power” jika seseorang memegang nilai ini maka mereka percaya kendali, status, pengaruh itu penting jadi mereka melihat hubungan sebagai sesuatu cenderung transaksional. Hubungan Transaksional sendiri yang berarti hubungan tersebut didasarkan pada timbal balik atau setiap pihak memiliki tanggung jawab dan imbalan yang jelas.
Sementara bagi yang bertentangan dengan statement “selain donatur dilarang ngatur” mereka lebih condong dengan nilai-nilai “universalisme” bagi mereka percaya bahwa hubungan harus saling mendukung dan setara. Bagi mereka statement ini dapat menurunkan nilai perempuan dan hubungan itu sendiri karena seolah-olah perempuan hanya boleh diatur dengan yang punya uang. Banyak netizen di Indonesia juga ikut membahas statement tersebut, dan tidak banyak yang juga ikut tidak menyetujui karena menganggap hubungan transaksional adalah hubungan yang tidak tulus.
Social psychologist Elaine Hayfield Equity: theory and research “Hubungan yg terlalu transaksional cenderung rapuh karena mengesampingkan pilar emosional dan komunikasi yang sama pentingnya” Jean-Paul Sartre dalam Being and Nothingness “Jika cinta direduksi menjadi transaksi maka itu bukan lagi cinta sejati melainkan bentuk objektifikasi dimana satu pihak dipergunakan sebagai alat” secara tidak langsung statement “selain donatur dilarang ngatur” ini berpotensi merendahkan harga diri seseorang itu sendiri karena memiliki pola pikir seperti alat.
Setiap manusia memiliki haknya masing-masing untuk berpendapat secara pernyataan ini bisa memotivasi seseorang untuk lebih bertanggung jawab, namun secara rasional pendekatan ini berpotensi menjadi masalah dan rentan di salah artikan. Mengingat di dalam suatu hubungan pasti ada take and give, karena hubungan yang sehat adalah hubungan yang membuat kedua belah pihak sama-sama merasa berdaya, dihargai, dan punya nilai pentingnya. (*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi bujurnews.com