Aksi Gempur stunting Harus Sampai Akar Persoalan

Penulis :Diana Damai P, S.Hut,
Aktifis Muslimah Balikpapan
Bujurnews, Opini – Harapan untuk mewujudkan generasi emas di tahun 2045 menjadi semangat bagi pencanangan program program pemberantasan stunting yang cukup tinggi di bebagai wilayah. Termasuk Balikpapan yang baru meluncurkan program Gempur stunting pada bulan lalu. Pemerintah kota Balikpapan terus menunjukkan upaya dalam menekan angka stunting yang masih cukup tinggi yaitu 21,6 persen. Program strategis Gempur Stunting yaitu Gerakan Bersama Posyandu Berantas Stunting ingin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut perduli membantu pemerintah membangun generasi sehat dan unggul menuju generasi emas 2045. Salah satu program unggulan dari gerakan ini adalah “Gerakan 100 persen Balita Ditimbang” dan penunjukan RT sebagai orang tua asuh balita. Tujuannya, agar seluruh balita mendapatkan pengawasan pertumbuhan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Langkah ini tentunya membutuhkan dukungan dan kesadaran bersama di semua lapisan masyarakat.
Dalam beberapa literasi menyebutkan bahwa stunting adalah kondisi pertumbuhan fisik yang terhambat pada anak-anak, yang biasanya dilihat dengan mengukur indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yang berada di bawah standar rata-rata. Stunting dapat terjadi disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: Kurangnya asupan gizi , Penyakit kronis, Kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang terbatas dapat meningkatkan risiko stunting, serta adanya Faktor genetik juga dapat mempengaruhi pertumbuhan anak-anak.
Stunting juga dapat memiliki dampak jangka panjang pada anak-anak, seperti: Keterlambatan perkembangan kognitif, Keterlambatan perkembangan fisik anak serta Peningkatan risiko penyakit yang lebih tinggi.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa akar persoalan stunting adalah lemahnya ketahanan keluarga khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang bergizi dan lingkungan yang sehat. Dua hal ini termasuk dalam kebutuhan dasar rakyat yang harusnya bisa dipenuhi negara dengan mekanisme sistem yang dijalankan. Karena kebutuhan dasar ini menjadi pondasi kekuatan bagi manusia untuk bisa bertahan dan berkembang menjalani hidup sehari hari. Namun di sistem kapitalis sekarang kebutuhan dasar dianggap sebagai tanggung jawab pribadi masing-masing rakyat yang harus dipenuhi dengan upaya sendiri. Komoditas pangan diproduksi dan dipasarkan dengan menganut asas kebebasan pasar, meminimalisir subsidi dan intervensi dari pemerintah kalaupun ada program pangan murah atau bantuan pangan sifatnya hanya sementara dan terbatas, tidak permanen dan menyeluruh.
Sehingga negara menjadi lemah dan lambat dalam pengentasan stunting. Ditambah lagi faktor lain yang sebagai pemicu seperti meningkatnya PHK dan beban pajak sehingga mengurangi pendapatan keluarga, arus gaya hidup dan pola makan tidak sehat dan lain sebagainya yang makin mempersulit ekonomi rakyat.
Kondisi inilah yang membuat rakyat banyak kekurangan gizi, termasuk ibu hamil, bayi dan balita.
Sejati nya ada dua pendekatan yang bisa dilakukan dalam mencegah stunting:
- Pendekatan spesifik, yaitu perbaikan gizi ibu dan anak, pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi dini gejala stunting
- Pendekatan sensitif, yaitu semua hal yang berkontribusi dalam peningkatan tumbuh kembang anak seperti pola asuh anak, kebersihan rumah dan lingkungan, literasi orang tua, sarana air minum, sanitasi, imunisasi dan sebagainya yang harus terpenuhi dengan mudah.
Mewujudkan hal ini butuh keaktifan maksimal dari negara untuk mendayagunakan seluruh sumberdaya, instansi dan aparatnya termasuk mencakup dana dan fasilitas sebagai support sistem mengatasi stunting. Disamping itu negara juga harus melakukan edukasi dan sosialisasi masif terkait gizi serta memfasilitasi agar rakyat bisa mengkonsumsi makanan bergizi dengan mudah dan murah.
Sebagai sebuah pandangan hidup dan way of life, Islam memberikan solusi yang menyeluruh dalam mengatasi stunting menyentuh akar persoalan yang semestinya menjadi rujukan. Dalam Islam konsumsi makanan yang halal dan toyyib ( bergizi) adalah kewajiban setiap individu sehingga menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi dengan mudah oleh negara. Dengan penerapan sistem politik ekonomi Islam yang berbasis pada pengelolaan SDAE dan pengaturan tata kelola pertanian, peternakan, perikanan secara maksimal untuk pemenuhan sumber gizi rakyat sesuai dengan syariat Islam. Pengaturan pendapatan dan pembiayaannya akan mengikuti mekanisme baitulmaal yang memiliki beragam sumber pendapatan negara dan meniadakan pajak yang membebani rakyat ,hingga negara akan selalu memiliki dana yang cukup untuk menjalankan upaya pencegahan stunting. Islam mewajibkan negara berperan aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri dengan mensupport produksi, mengelola distribusi hingga memastikan konsumsi bisa sampai ke individu rakyat. Islam mewajibkan para kepala keluarga atau suami untuk bekerja dan mengkondisikan setiap laki laki dewasa termasuk suami/ayah bisa mudah mendapatkan pekerjaan agar mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Sistem sistem lain dalam negara Islam. akan menjadi support sistem yang solid ikut menjaga terpenuhinya ketahanan keluarga dibawah komando pemimpin yang amanah yaitu khalifah. Karena tugas seorang pemimpin negara dalam islam adalah mengurus semua kebutuhan rakyatnya dengan mengikuti standar syariat Islam sebagai wujud ketaatan dan tanggung jawab keimanan kepada sang PenciptaNya. Pemimpin Islam tidak akan pernah tenang dalam hatinya hingga rakyatnya sejahtera dan bahagia dalam menjalani hidupnya lepas dari semua masalah yang memberatkan apalagi sampai memperlambat pertumbuhan generasinya. Wallahua’lam.