Jembatan Amai Benny Subianto Selesai Dibangun, Warga Busang Apresiasi PT SAWA
Bujurnews.com, Sangatta – Sebelum berdiri Jembatan Amai Benny Subianto, akses masyarakat dari Busang menuju Samarinda dan Sangatta sangat sulit. Warga harus naik kapal feri yang melintasi Sungai Kelinjau dengan risiko yang cukup besar. Apalagi jika sungai sedang pasang. Bahkan pernah, kapal feri terguling hingga seluruh muatan dan penumpang tercebur ke sungai.
Tetapi itu dulu. Saat ini, perusahaan kelapa sawit PT Subur Abadi Wana Agung (SAWA) dan PT Hamparan Perkasa Mandiri (HPM) telah membangun Jembatan Amai Benny Subianto di Busang. Akses masyarakat menjadi lebih mudah. Jembatan senilai Rp 22 miliar yang sepenuhnya dibangun dengan corporate social responsibility (CSR) tersebut, menurut Camat Busang, Impung Anyeq sangat membantu masyarakat. “Apalagi kami juga mendengar, perusahaan akan menghibahkan jembatan ini, tentu kami gembira. Sudah lama masyarakat menginginkan jembatan, karena sejak kemerdekaan, baru kali ini jembatan dibangun. Memang pernah beberapa kali diusulkan, tetapi pemerintah daerah tidak memiliki kemampuan anggaran untuk membangun. Jadi, kami bersyukur sekali ketika PT SAWA dan PT HPM sepenuhnya membangun jembatan ini,” tegas Impung.
Menurutnya, Jembatan Amai Benny Subianto memiliki manfaat ekonomi yang sangat besar bagi warga. Pasalnya, jembatan di Desa Rantau Sentosa itu menghubungkan desa-desa lain di Kecamatan Busang, seperti Desa Mekar Baru, Desa Long Lees, Long Bentuq, Long Pejeng, Long Nyelong, Long Poq, Long Tesak, dan Gemar Baru. “Jembatan ini menjadi urat nadi perekonomian dan sosial. Akses warga dari desa dan kebun ke Sangatta dan juga Samarinda menjadi sangat lancar. Masyarakat lebih mudah memasarkan hasil kebun. Tidak hanya sawit, tetapi juga coklat dan hasil kebun warga. Juga sembako dan BBM,” jelas Impung.
Dari sisi sosial, jembatan tersebut sangat strategis. Impung mencontohkan, jika ada masyarakat yang sakit tengah malam, tentu keberadaan jembatan sangat membantu.
Belum lagi kalau kondisi hujan. Air pasang menyebabkan Sungai Kelinjau dipenuhi kayu. Akibatnya, kapal feri tidak bisa beroperasi, bahkan bisa sampai dua hari. “Pernah kejadian kapal feri karam karena terkena kayu. Tetapi setelah adanya jembatan, masyarakat bisa tetap melintas dalam kondisi apapun,” papar Impung.
Suwarto, warga Desa Long Lees juga mengakui manfaat jembatan tersebut. Pemilik Penginapan Pak Warto tersebut mengungkapkan, jembatan membantu akses warga. Kalau ada warga yang sakit parah, apalagi di malam hari, akan mempercepat perjalanan. “Kalau sakit parah memang harus dibawa ke rumah sakit di Samarinda,” kata Suwarto.
Begitu juga dengan manfaat ekonomi, menurut Suwarto, manfaat jembatan sangat besar. Warga lebih mudah menjual hasil ladang dan kebun. Sebab, lanjutnya, sebelum ada jembatan, satu-satunya akses memang hanya dengan kapal feri. Itupun, lanjutnya, warga yang naik kapal feri harus mengeluarkan biaya ekstra. “Warga yang naik motor dikenakan biaya Rp 5 ribu. Sedangkan mobil, ada yang Rp 50 ribu bahkan terkadang Rp 75 ribu. Jadi, sebelum ada jembatan, sangat berat buat masyarakat,” kata Suwarto.
Bagi warga yang tidak mau naik kapal feri, sebenarnya juga bisa melintasi jembatan lain, yaitu Jembatan Gemar Baru. Itu pun tidak mudah, karena harus memutar sejauh 30 kilometer. Belum lagi kalau kondisi banjir, Jembatan Gemar tidak bisa dilewati. “Makanya, keberadaan Jembatan Amai Benny Subianto ini sangat membantu masyarakat,” lanjutnya. (ram/hdd)