Bujurnews, Samarinda – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Human Metapneumovirus (HMPV). Virus ini telah menyebabkan lonjakan kasus di Tiongkok, memicu kekhawatiran terhadap potensi wabah global. HMPV diketahui menyerang saluran pernapasan dengan gejala seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, menyebutkan bahwa meskipun belum ada laporan kasus HMPV di Samarinda atau wilayah Indonesia lainnya, langkah antisipasi telah dilakukan. “Kami telah memperketat pengawasan di pintu-pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan untuk mencegah masuknya virus ini. Kelompok rentan seperti bayi, lansia, dan individu dengan kekebalan tubuh lemah harus sangat berhati-hati,” ungkap Jaya, Rabu (8/1/2025).
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (China CDC) menunjukkan peningkatan signifikan infeksi saluran pernapasan pada Desember 2024. HMPV menyumbang kurang dari 2% dari tes positif mingguan virus pernapasan. Sebagai perbandingan, flu menyumbang hampir 19% dan COVID hanya lebih dari 7% untuk minggu yang sama.
Gejala HMPV dapat bervariasi dari ringan hingga berat dengan masa inkubasi sekitar 3-6 hari. Pada umumnya, gejala yang muncul meliputi batuk, hidung tersumbat, demam, dan sesak napas. Infeksi ringan biasanya sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, pada kasus yang lebih parah, virus ini dapat menyebabkan bronkiolitis atau pneumonia berat pada anak-anak, infeksi paru-paru pada lansia, serta komplikasi serius pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Meskipun gejalanya mirip flu berat, HMPV belum dianggap memiliki tingkat penularan secepat COVID-19.
Jaya mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan. “Rajin mencuci tangan, menggunakan masker di tempat umum, dan menjaga daya tahan tubuh adalah langkah sederhana namun efektif untuk mencegah infeksi,” jelasnya.
Meskipun HMPV dan COVID-19 sama-sama menyerang saluran pernapasan, terdapat perbedaan utama pada tingkat penyebaran. COVID-19 memiliki angka reproduksi (R0) yang jauh lebih tinggi dibandingkan HMPV, sehingga penyebarannya lebih cepat dan luas. Namun, kedua virus tersebut sama-sama memerlukan perhatian, terutama bagi kelompok rentan.
Selain HMPV, China juga melaporkan lonjakan kasus Influenza A, khususnya subtipe H1N1 dan H9N2. Influenza A merupakan virus musiman yang sering kali menjadi perhatian global. Gejala utamanya meliputi pusing, sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot. Biasanya, orang dengan kekebalan tubuh normal dapat pulih dalam waktu 5-7 hari. Namun, risiko komplikasi meningkat pada kelompok rentan seperti lansia, bayi, wanita hamil, dan individu dengan kekebalan tubuh lemah.
Pengobatan dengan obat antivirus yang dimulai dalam 48 jam setelah gejala muncul dapat membantu mempercepat pemulihan, mengurangi risiko komplikasi, dan menurunkan tingkat penularan.
Peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut ini terjadi di berbagai wilayah, terutama di bagian utara dan selatan. Sebanyak 40 wabah mirip flu dilaporkan dalam periode 2-8 Desember 2024, dengan lonjakan signifikan mulai pertengahan bulan. Pemerintah Tiongkok telah meningkatkan protokol penyaringan, deteksi, dan isolasi untuk menangani penyebaran ini.
Sebagai langkah awal, Dinas Kesehatan Kaltim akan menggencarkan edukasi publik terkait gejala HMPV dan pentingnya deteksi dini. Selain itu, penguatan kerja sama dengan Balai Karantina dan instansi terkait terus dilakukan untuk memantau kemungkinan masuknya virus melalui jalur internasional.
“Masyarakat tidak perlu panik, tetapi tetap waspada. Informasi resmi terkait virus ini akan kami sampaikan secara berkala,” pungkas Jaya.
Dengan langkah antisipatif ini, Pemerintah Provinsi berharap mampu melindungi masyarakat dari potensi penyebaran penyakit pernapasan di tengah dinamika kesehatan global yang terus berkembang. (ape/ja/yd)