
Bujurnews, Samarinda – Memasuki bulan suci Ramadan, Dinas Pemadam Kebakaran dan Keselamatan Kota (Disdamkarmatan) Samarinda meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran yang cenderung meningkat di kawasan padat penduduk.
Kepala Bidang Pemadam dan Penyelamatan Disdamkarmatan Samarinda, Teguh Setya Wardana, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mencatat dua kasus kebakaran pada Februari 2025.
“Langkah ini diambil menyusul dua kejadian kebakaran yang terjadi di Samarinda pada bulan Februari ini,” ungkap Teguh.
Dua insiden tersebut terjadi di Jalan Gatot Subroto Gang 11 pada 13 Februari dan di Jalan Batu Cermin pada 16 Februari, yang menghanguskan enam bangunan.
“Kedua kebakaran ini disebabkan oleh korsleting listrik,” ujar Teguh.
Dalam lima tahun terakhir, jumlah kebakaran di Samarinda selama bulan Ramadan menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2021, Disdamkar mencatat peningkatan kebakaran selama Ramadan, meskipun jumlah pastinya tidak disebutkan. Kemudian, di tahun 2022, kebakaran besar terjadi di awal Ramadan, dan menghanguskan enam rumah hingga menyebabkan 32 jiwa kehilangan tempat tinggal. Sementara itu, pada 2023, tidak terdapat data spesifik mengenai jumlah kebakaran selama Ramadan. Memasuki 2024, Disdamkar Samarinda mencatat 13 insiden kebakaran pada bulan Februari menjelang Ramadan, dan hingga akhir Februari 2025, telah terjadi dua kasus kebakaran di Samarinda.
Di sisi lain, rata-rata jumlah kebakaran tahunan di Samarinda dalam lima tahun terakhir mencapai sekitar 237 kejadian per tahun. Pada 2020, terdapat 282 kasus kebakaran, diikuti oleh 238 kejadian pada 2021. Jumlah ini sedikit menurun pada 2022 dengan 227 kejadian, sebelum kembali mengalami penurunan signifikan pada 2023 dengan 190 kejadian. Namun, pada 2024, angka kebakaran kembali meningkat menjadi 247 kejadian.
Teguh menjelaskan bahwa risiko kebakaran cenderung meningkat selama Ramadan karena aktivitas memasak meningkat signifikan saat sahur dan berbuka puasa.
“Kami mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi kebakaran selama bulan Ramadan. Pastikan untuk tidak meninggalkan kompor atau peralatan dapur lainnya tanpa pengawasan saat digunakan,” imbuhnya.
Selain faktor memasak, kebiasaan masyarakat yang terburu-buru saat menyiapkan hidangan sahur dapat membuat mereka lupa mematikan kompor atau peralatan listrik lainnya.
Ditambah lagi, membiarkan kompor menyala untuk memasak saat aktivitas salat subuh dan tarawih sering kali menjadi penyebab kebakaran, karena tidak terpantau dengan baik.
Selain kompor dan instalasi listrik, Teguh juga menyoroti pembakaran sampah yang tidak diawasi serta anak-anak yang bermain petasan dan kembang api sebagai faktor pemicu kebakaran lainnya.
“Kami juga mengimbau masyarakat untuk memeriksa instalasi listrik di rumah mereka. Hindari penggunaan kabel yang rusak atau sambungan listrik yang berlebihan karena dapat memicu korsleting,” lanjutnya.
Disdamkarmatan Samarinda menyarankan agar setiap rumah dan bangunan memiliki alat pemadam api ringan (APAR) untuk mengantisipasi kebakaran kecil sebelum membesar.
“Kami menyarankan agar setiap bangunan memiliki setidaknya satu alat pemadam api ringan (APAR). Ini dapat membantu memadamkan api sebelum membesar,” kata Teguh.
Selain itu, ia juga mengingatkan masyarakat untuk segera menghubungi petugas pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran, alih-alih mencoba memadamkannya sendiri.
“Kami seringkali kesulitan memadamkan api dengan cepat karena masyarakat mencoba memadamkan api sendiri terlebih dahulu. Padahal, api dapat dengan cepat membesar, terutama di pemukiman padat penduduk,” pungkasnya.
Disdamkarmatan Samarinda terus mengimbau warga untuk lebih waspada selama Ramadan, dengan memastikan keamanan penggunaan listrik dan peralatan dapur guna menghindari kebakaran yang dapat menyebabkan kerugian besar. (ape/ja)