Okupansi Anjlok, Sejumlah Hotel di Balikpapan Rumahkan Sementara Karyawan

Bujurnews, Balikpapan — Industri perhotelan di Kota Balikpapan tengah menghadapi tekanan berat akibat anjloknya tingkat hunian kamar. Efisiensi anggaran pemerintah pusat disebut menjadi pemicu utama lesunya aktivitas perhotelan di kota yang dikenal sebagai pintu gerbang Kalimantan Timur ini.
Berdasarkan data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, tingkat okupansi hotel hanya berkisar di angka 30% sepanjang Januari hingga Mei 2025. Angka ini jauh di bawah tingkat ideal industri yang umumnya berada di atas 60%.
Ketua PHRI Balikpapan, Soegianto, mengungkapkan bahwa penurunan okupansi tersebut sudah berdampak langsung pada stabilitas ketenagakerjaan di sektor perhotelan.
“Memang ada beberapa hotel yang terpaksa merumahkan sementara karyawannya. Misalnya, dalam satu bulan mereka hanya bekerja selama 10 hari, selebihnya libur karena memang tamu sepi, jadi tidak ada aktivitas layanan,” ujarnya kepada wartawan baru-baru ini.
Menurut Soegianto, industri perhotelan di Balikpapan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor pemerintahan. Selama ini, kegiatan seperti rapat, seminar, dan pelatihan dari instansi pemerintah menjadi penyumbang utama pendapatan hotel.
“Kontribusi dari pemerintah terhadap pendapatan hotel bisa mencapai 40%. Karena yang paling sering menggelar kegiatan ya dari instansi pemerintahan. Sekarang, hampir semua hotel di Balikpapan tidak ada kegiatan dari sektor tersebut,” jelasnya.
Meski berada dalam tekanan, industri perhotelan Balikpapan masih menunjukkan resiliensi. Hingga kini, belum ada hotel yang menutup operasional secara permanen akibat krisis okupansi.
Sebagian besar manajemen hotel memilih untuk beradaptasi, salah satunya dengan menerapkan sistem kerja fleksibel, serta mulai mendiversifikasi target pasar agar tidak sepenuhnya bergantung pada kegiatan pemerintah.
“Strategi bertahan tentu berbeda-beda di tiap manajemen. Tapi yang jelas, semua berusaha semaksimal mungkin agar tetap bisa beroperasi dan bertahan hidup, meski dalam kondisi sulit seperti sekarang,” pungkas Soegianto.
Situasi ini menjadi peringatan bagi pelaku industri perhotelan di Balikpapan untuk mulai melakukan transformasi model bisnis dan mencari sumber pendapatan alternatif guna mengurangi ketergantungan pada satu sektor.(ly/ja)