
Bujurnews, Kutim – Rencana pengembangan tepung pisang sebagai salah satu produk olahan unggulan di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) masih dalam tahap awal. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim, Dyah Ratnaningrum, menegaskan hingga saat ini, tepung pisang belum diproduksi, melainkan baru sebatas pelatihan kepada kelompok tani skala rumah tangga.“Makanya tepung pisang itu memang belum mampu diproduksi secara besar-besaran.
Kita baru melakukan pelatihan kepada kelompok tani skala rumah tangga. Jadi mereka baru sebatas belajar cara membuat tepung pisang,” jelas Dyah dalam wawancara belum lama ini.
Ia menambahkan, pelatihan tersebut bertujuan agar petani memiliki keterampilan dasar dalam mengolah pisang menjadi tepung. Namun, untuk bisa melangkah ke tahap produksi massal masih diperlukan banyak persiapan.“Kalau mau memenuhi kebutuhan perusahaan kan harus ada kontinuitas produksi dan kapasitas tertentu yang bisa dipenuhi. Nah, kita belum sampai ke sana. Quality control juga belum ada,” ujarnya.
Dyah berharap, melalui kegiatan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), rencana produksi tepung pisang Kutim ke depan dapat benar-benar terwujud. “Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan bersama ITS ini, bisa membantu kita membawa produksi tepung pisang Kutim ke tahap industri,” katanya.
Lebih lanjut, Ia juga menyoroti potensi besar pisang kepok grecek, varietas asli Kutai Timur yang telah memiliki Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Pertanian. Varietas ini menjadi salah satu komoditas unggulan yang dinilai potensial untuk diolah menjadi tepung pisang.“Pisang kepok grecek ini sudah diakui sebagai varietas asli Kutai Timur. Kalau di kementerian, mereka sudah tahu soal itu. Jadi, tidak ada salahnya kalau kita jadikan ini bahan utama untuk tepung pisang, karena produksinya paling luas di Kutim,” terang Dyah.Menariknya, Dyah juga mengungkapkan secara ekonomi, budidaya pisang justru bisa lebih menguntungkan dibandingkan sawit.
“Kalau dihitung-hitung, skala ekonominya memang lebih besar. Makanya ada petani yang sudah tanam pisang tidak mau beralih ke sawit, selama pisangnya dipelihara dengan baik,” jelasnya.Dengan potensi besar yang dimiliki, DTPHP Kutim berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan pisang kepok grecek sebagai komoditas unggulan daerah, sekaligus membuka peluang bagi masyarakat untuk berinovasi melalui produk olahan berbasis pisang. (Ma/)




