Kota

Keluarga Kecewa Tak Dapat Edukasi, Pasien Meninggal Dunia Pasca Jalani Operasi

Bujurnews, Samarinda – Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Syahranie (RSUD AWS) meninggal dunia pasca menjalani operasi pengangkatan tumor di bagian usus besar, Selasa (18/05/2022). 

Satu hari pasca menjalani operasi pasien atas nama Muhammad Abdillah meninggal dunia, Rabu (19/05/2022). Pasien meninggal dunia setelah di nyatakan kritis satu hari setelah dirawat dalam ruangan ICU guna pemulihan kondisi pasien pasca operasi.

Pihak keluarga tak terima dan mempertanyakan prosedur terkait penanganan pasien, baik sebelum ataupun sesudah menjalankan operasi. Wajar saja, pasalnya pihak keluarga tak merasa mendapatkan edukasi tentang prosedur tindakan yang dilakukan terkait operasi tersebut sebelumnya.

“Saya tidak dapat penjelasan terkait operasinya, tidak ada disuruh tanda tangan juga untuk persetujuan tindakan operasi,” ucap Sandy selaku keluarga yang menemani pasien selama di rumah sakit.

Ketika disinggung lebih jauh, mengapa tindakan operasi tersebut tetap dilakukan jika tidak adanya tanda tangan persetujuan dari pihak keluarga, Sandy menyatakan bahwa sebelumnya ia tidak terpikirkan tentang hal sejauh itu. Ditambah dirinya tidak tahu menahu dengan adanya kewajiban pihak rumah sakit untuk memberikan edukasi mengenai tindakan dan pemahaman terkait prosedur penanganan terhadap pasien, untuk itu seharusnya pihak rumah sakit tidak melakukan tindakan sebelum mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga selaku saksi penanggung jawab.

“Waktu itu memang kita berencana mau operasi, biar dia (Almarhum) bisa sembuh. Makanya waktu mau di operasi kita senang. Tapi terkait penanganan operasi dan sebagainya kita tidak memdapat penjelasan sebelum tindakan dilakukan,” ungkapnya.

Selain itu salah satu pihak keluarga lainnya juga merasa ada kejanggalan terkait penanganan pasien. Menurutnya tidak jelas terkait tindakan operasi apa yang dilakukan pihak rumah sakit, apakah operasi tumor, hernia ataukah pengangkatan usus besar. Kejanggalan lain juga terasa dari awal penetapan jadwal operasi pasien yang tertunda/diundur cukup lama setelah sebelumnya sempat terjadwalkan dan batal. Belum lagi dengan tidak adanya persetujuan tentang dilakukannya tindakan operasi terhadap pasien yang meninggal dunia tersebut juga menjadi deretan tanya oleh pihaknya.

“Apakah karena pakai KIS makanya terkesan di sepelekan seperti ini ? Kita harus tau alasan kenapa sebenarnya bisa sampai meninggal? Berbulan-bulan dia menunggu untuk di operasi, sampai sakit bertambah parah baru di operasi. Terus yang tanda tangan untuk operasi siapa? Dan ini operasi apa? Pihak kami tidak ada diberikan penjelasan terkait hal tersebut,” ucap Alphard Syarif yang juga Mantan Ketua DPRD Kota Samarinda itu.

Menurut penuturan keluarga, sebelumnya pasien sempat masuk rawat inap untuk melakukan operasi pengangkatan tumor tersebut. Namun tiba-tiba sesasat sebelum hendak dilakukan tindakan, pasien dipulangkan karena tindakan operasi tersebut dibatalkan.

“Bulan Februari lalu sempat masuk untuk operasi, tapi batal dengan alasan dokter yang menangani kena covid,” ujar pria yang akrab disapa Papad tersebut.

Papad pun menambahkan, bahwa dirinya tidak bermaksud untuk memperkarakan persoalan ini keranah yang lebih jauh. Dirinya hanya ingin pihak RSUD AWS lebih memperhatikan serta memperbaiki sistem layanan dan pelayanan kepada masyarakat.

“Jangan menyalahi prosedur, lakukan yang terbaik. Jangan terkesan lamban dan jangan sampai masyarakat memberi citra buruk terhadap rumah sakit. Semoga kedepan bisa jadi pembelajaran,” pungkasnya.

Sampai dengan berita ini diturunkan, awak media masih berusaha untuk mengkonfirmasi pihak RSUD AWS terkait permasalahan ini. (*)

Penulis: Rezky Arisandi

Editor: Raymond

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button