Serangan Israel di Gaza Tewaskan 45 Warga Palestina, Netanyahu Akui “Kesalahan Tragis”
Bujurnews – Pejabat kesehatan di Gaza melaporkan bahwa sedikitnya 45 warga Palestina meninggal dunia akibat serangan udara Israel di kota Rafah, Gaza selatan. Di antara korban tewas, terdapat pengungsi yang tinggal di tenda-tenda yang terbakar hidup-hidup. Insiden ini memicu kecaman keras dari berbagai pihak internasional.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya di depan parlemen pada hari Senin, mengakui adanya “kesalahan tragis” dalam serangan tersebut. Netanyahu menyatakan bahwa Israel sedang menyelidiki insiden yang terjadi pada Minggu malam itu untuk memahami sepenuhnya apa yang terjadi dan bagaimana kesalahan tersebut bisa terjadi.
Dilansir oleh Euronews, Netanyahu menekankan komitmen Israel untuk mencari tahu penyebab dan tanggung jawab atas serangan yang menyebabkan kematian banyak warga sipil Palestina. Kematian tragis ini telah menambah ketegangan di wilayah yang sudah penuh konflik tersebut.
Serangan ini tidak hanya mendapatkan kecaman dari berbagai negara, tetapi juga dari beberapa sekutu terdekat Israel, termasuk Amerika Serikat dan Prancis. Kedua negara ini menyatakan kemarahan mereka atas meningkatnya jumlah kematian warga sipil di Gaza, yang terjadi di tengah konflik antara Israel dan kelompok militan Hamas.
Pejabat kesehatan di Gaza menyebut serangan ini sebagai salah satu yang paling dahsyat dalam beberapa waktu terakhir, dengan korban tewas termasuk banyak perempuan dan anak-anak. Serangan tersebut memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza, di mana banyak warga hidup dalam kondisi pengungsian yang sulit.
Komunitas internasional menyerukan agar Israel dan Hamas menahan diri dan segera mencari solusi diplomatis untuk mengakhiri kekerasan. Insiden ini menyoroti kebutuhan mendesak akan perdamaian dan upaya bersama untuk melindungi warga sipil dari dampak konflik yang berkepanjangan.
Pernyataan Netanyahu tentang “kesalahan tragis” memberikan harapan bahwa akan ada langkah-langkah konkrit untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan, meskipun kritik dan tuntutan untuk akuntabilitas terus berlanjut. (*)